Halo, halo, semua orang! Apa kabar? Semoga semuanya semangat
dan sehat selalu ya! Oke, bagi yang baru pertama kali mau nyoba publish jurnal,
atau yang udah beberapa kali tapi mentok di reject, angkat tangan! Tenang aja,
kita semua pernah di sana!
Nah, jadi gini, biar gak bingung, saya kasih tips-tipsnya dalam bahasa yang
santai dan mudah dicerna. Anggep aja lagi sharing sama temen sendiri. Yuk, kita
bedah step-by-step biar lolosnya itu makin gampang!
Langkah 1: Persiapan Mateng Sebelum Nulis (Jangan Sampai Skip!)
Kunci kegagalan seringnya ada di sini nih, guys. Jadi, fokus!
Pilih "Rumah" yang Pas Buat Si Artikel.
Ini super penting banget! Nyerahin artikel ke jurnal yang
salah itu kayak mau jualan seblak di depan kantor yang isinya orang diet. Gak
bakal laku!
Cocokin Topik : Baca-baca dulu, jurnal itu biasa terbitin artikel tentang apa
aja. Topik kalian cocok gak?
Siapa Bacanya? Tulisan kalian mau dibaca siapa? Dosen teknik ya kakalian kalian
kirim ke jurnal pendidikan?
Levelnya Gimana? Jangan langsung nembak jurnal internasional top 10 kakalian
penelitian kalian masih skala laboratorium kampus. Pilih yang sesuai
"kelas" penelitian kalian dulu, yang penting terindeks Scopus atau
SCOPUS aja dulu, itu udah keren!
Baca "Peraturan Rumah" Sampai Tuntas!
Setiap jurnal punya aturan mainnya sendiri. Soal font,
jumlah kata, cara nyitir, format daftar pustaka. Ikutin persis! Kakalian
enggak, doi bisa langsung tolak karena dianggep gak serius.
Cari Tahu, Apa sih "Jurusan Baru" yang kalian
Bawa?
kalian harus tau, orang lain udah neliti apa aja tentang topik. Ini namanya
literature review.
Dari situ, kalian cari "lubang"-nya atau research gap. Misalnya,
orang udah neliti kopi bikin melek, tapi belum ada yang neliti efeknya buat
yang darah tinggilah. Nah, itu dia nilai jual lo! Jadi, harus bisa jawab
pertanyaan: "Apa sih yang baru dan beda dari penelitian saya?"
Langkah 2: Nulis Artikel yang Nendang dan Gampang Dicerna
Sekarang, waktunya eksekusi. Bikin artikel yang enak dibaca dan meyakinkan.
Judul: Bikin yang "Clickbait" tapi Tetap Ilmiah.
Judul itu kayak etalase toko. Buat yang menarik, spesifik, dan jelas. Jangan
bikin judul yang bikin orang bingung.
Abstrak: Iklan 30 Detik buat Artikel.
Bayangin abstrak itu kayak trailer film. Reviewer baca ini dulu buat nentuin
mau lanjut atau enggak. Jadi, kasih semua poin penting: masalahnya apa, saya
nelitinya gimana, ketemu apa, dan kenapa hasil ini penting. Singkat, padat,
jelas!
Pendahuluan: Bikin Pembaca Ngebet Pengen Tahu Kelanjutannya.
Tujuan bagian ini cuma satu: yakinkan orang kakalian penelitian kalian penting
banget buat dibaca. Ceritain masalahnya, tunjukin "lubang" yang saya
sebut tadi, terus kasih tau, "Nih, saya dateng bawa solusi!".
Metode: Jelas Banget Sampe Orang Lain Bisa Niru.
Kaya kasih resep masakan. Semua bahan, alat, dan cara masaknya harus dijelasin
detail. Jadi, kakalian ada peneliti lain mau ngulang penelitian lo, dia bisa
persis sama. Ini namanya replicable.
Hasil: Laporkan Hasilnya Apa Adanya.
Di sini, kalian cuma laporkan data yang kalian dapet. Jangan dikasih opini atau
penafsiran dulu. Tabel dan grafik adalah sahabat kalian di bagian ini buat
bikin data mudah dibaca.
Pembahasan: Jiwa dari Artikel Lo!
Nih bagian yang paling ditunggu! Jangan cuma ngulang-ngulang hasil. Tapi,
tafsirin hasil itu. "Loh, kok hasil saya beda sama si profesor A? Oh,
ternyata karena..." atau "Wah, temuan saya ini mendukung teori si B,
nih!". Hubung-hubungin sama penelitian orang lain. Ini yang bikin artikel
kalian berisi.
Kesimpulan: Tutup dengan Keren.
Kasih ringkasan singkat temuan utama. Yang gak kalah penting, tunjukin bahwa
kalian jujur dengan sebutin kekurangan penelitian kalian (limitations). Terus,
kasih saran, "Nih, buat peneliti selanjutnya, bisa neliti dari sisi ini
loh!". Ini bikin kalian keliatan kredibel.
Bahasa: Kalau untuk Jurnal Internasional, Jangan Asal Translate.
Bahasa Inggris yang berantakan bikin reviewer pusing dan bisa jadi alasan
ditolak. Kakalian perlu, minta tolong dosen yang jago bahasa Inggris atau pakai
jasa proofreading profesional. Investasi yang worth it!
Langkah 3: Saatnya Submit dan Hadapi "Sang Hakim" (Reviewer)
Surat Pengantar: Perkenalan yang Sopan.
Tulis surat singkat ke editornya. Katakan kakalian penelitian kalian baru,
cocok banget buat jurnalnya, dan punya kebaruan. Buat kesan pertama yang baik.
Sabar itu Kunci.
Proses review bisa lama, guys. Bulanan. Jadi, jangan harap cepet-cepet.
Hasilnya bisa macam-macam: langsung diterima (jarang banget), ditolak, atau
yang paling sering: diminta revisi.
Hadapi Komentar Reviewer Jangan Baper!
Kakalian dapet komentar kritikan, jangan langsung tersinggung! Anggep aja
mereka lagi bantu kalian buat bikin artikel kalian jadi lebih sempurna. Mereka
itu mitra, bukan musuh.
Bales Komentarnya dengan Cara yang Manis.
Waktu revisi, kalian harus bikin surat balasan ke reviewer. Caranya:
Ucapin terima kasih dulu.
Buat tabel yang rapi. Tulis komentar reviewer, lalu jelasin gimana kalian
merevisinya.
Kakalian kalian gak setuju, tolak dengan halus dan kasih alasan yang ilmiah.
Jangan asal ngeyel.
Contoh Nih:
Komentar ReviewerJawaban
"Sample penelitiannya kurang besar." Jawab begini "Terima kasih
masukannya. Kami setuju. Kami sudah menambahkan 30 responden lagi seperti saran
Bapak/Ibu. Hasilnya jadi lebih kuat (lihat halaman 10)."
Bonus: Tips Tambahan
Kolaborasi: Cari temen atau dosen buat nulis bareng. Dua kepala lebih baik dari
satu!
Jangan Menyerah: Ditolak itu biasa! Ambil pelajarannya, perbaiki, dan kirim
lagi ke jurnal lain. Itu bagian dari perjalanan seorang peneliti.
Penutup:
Intinya, kunci lolos jurnal itu: isi penelitian yang berbobot + pilih jurnal
yang tepat + ikuti aturan mainnya + attitude yang baik waktu revisi.
Oke, guys? Semoga tips saya ini bisa bikin journey publikasi jurnal kalian jadi
lebih smooth! Jangan lupa, yang penting action dan pantang menyerah!
Terima kasih semuanya!
0 komentar:
Posting Komentar