bab 7
1. Terjemahan surah Ar-Rum ayat 41-42
41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
42. Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
1. Isi kandungan surah Ar-Rum ayat 41-42
1. Pengertian menjaga kelestarian lingkungan hidup
menurut kamus besar bahasa indonesia, kata lestari artinya tetap selama-lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sediakala, melestarikan; menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah dan serasi : cocok, sesuai, berdasarkan kamus ini melestarikan, keserasian, dan keseimbangan lingkungan berarti membuat tetap tidak berubah atau keserasian dan keseimbangan lingkungan
(http://agustinarahmayani.wordpress.com/2008/04/17/pemanfaatan-dan-pelestarian-lingkungan-hidup/)
Menurut Prof.Dr.Otto Soemarwoto, Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Menurut UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan Lingkungan Hidup, jumto UU No. 23 Tahun 1997, Pasal I bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya.
Menurut Prof. Dr. Emil Salim Lingkungan Hidup adalah segala benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal-hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
.
1. Contoh perbuatan menjaga kelestarian lingkungan hidup
a) Pencegahan masalah air dilakukan dengan cara pencegahan pencemaran, pengamanan pintu-pintu air, pengunaan air tidak boros. Hutan-hutan disekitar sungai, danau, mata air dan rawa perlu diamankan. upaya untuk mengurangi pencemaran sungai diantaranya melalui program kali bersih (prokasih) terhadap sungai-sungai yang telah tercemar.
b) Mencegah cara ladang berpindah / Perladangan Berpindah-pindah.Terkadang para petani tidak mau pusing mengenai kesuburan tanah. Mereka akan mencari lahan pertanian baru ketika tanah yang ditanami sudah tidak subur lagi tanpa adanya tanggung jawab membiarkan ladang terbengkalai dan tandus. Sebaiknya lahan pertanian dibuat menetap dengan menggunakan pupuk untuk menyuburkan tanah yang sudah tidak produktif lagi.
c) Contoh perbuatan yang paling sederhana dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup, yaitu dengan selalu nembuang sampah pada tempatnya, dan tidak membuangnya sembarangan. Karena perbuatan membuang sampah sembarangan ini, dapat menyebabkan banjir. Karena banjir bisa terjadi akibat tertutupnya saluran-saluran air, sehingga air hujan atau air lainnya, tidak dapat mengalir dengan lancar.
1. Tafsir surah ar-rum 41-42
Pada ayat 41 surah ar-rum, terdapat penegasan Allah bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan adalah akibat perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari oleh umat manusia dan karenanya manusia harus segera menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan di daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian alam. (syamsuri, 2004: 116)
Kata zhahara pada mulanya berarti terjadinya sesuatu dipermukaan bumi. Sehingga, karena dia dipermukaan, maka menjadi nampak dan terang serta diketahui dengan jelas. Sedangkan kata al-fasad menurut al-ashfahani adalah keluarnya sesuatu dari keseimbangan,baik sedikit maupun banyak. Kata ini digunakan menunjuk apa saja, baik jasmani, jiwa, maupun hal-hal lain.(quraish shihab, 2005: 76)
Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu. Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, yang hasilnya keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan lingkungan.( quraish shihab, 2005: 77)
Sedangkan pada ayat 42 surah ar-rum pula, menerangkan tentang perintah untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu. Berbagai bencana yang menimpa umat-umat terdahulu adalah disebabkan perbuatan dan kemusyrikan mereka, mereka tidak mau menghambakan diri kepada Allah, justru kepada selain Allah dan hawa nafsu mereka.( syamsuri, 2004: 116). Selain itu pula, ayat ini mengingatkan mereka pada akhir perjalanan ini bahwa mereka dapat mengalami apa yang dialami oleh orang-orang musyrik sebelum mereka. Mereka pun mengetahui akibat yang diterima oleh banyak orang dari mereka. Mereka juga melihat bekas-bekas para pendahulunya itu, ketika mereka berjalan dimuka bumi, dan melewati bekas-bekas tersebut.(sayyid quthb, 2003: 226) dan dengan melakukan perjalanan dimuka bumi juga dapat membuktikan bahwa kerusakan-kerusakan di muka bumi ini adalah betul-betul akibat perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab serta mengingkari nikmat Allah, dan dengan melihat dan meneliti bukti-bukti sejarah, maka mereka dapat mengambil pelajaran atas peristiwa-peristiwa yang telah lalu, yang pernah menimpa umat manusia.(Moh.matsna, 2004:84)
Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya, daratan, lautan, angkasa raya, flora, fauna, adalah untuk kepentingan umat manusia (QS an-Nahl: 10-16)
Manusia sebagai khalifah Allah, diamanati oleh Allah untuk melakukan usaha-usaha agar alam semesta dan segala isinya tetap lestari, sehingga umat manusia dapat mengambil manfaat, menggali dan mengelolanya untuk kesejahteraan umat manusia dan sekaligus sebagai bekal dalam beribadah dan beramal shaleh.
Ketamakan manusia terhadap alam seperti tersebut,telah berakibat buruk terhadap diri mereka sendiri, seperti longsor, banjir, dll. Diperlukan upaya yang keras dan konsisten dari kita semua sebagai khalifah Allah agar kewajiban untuk memelihara dan melestarikan alam demi kesejahteraan bersama tetap terjaga. Dalam melaksanakan kewajibannya, sebagai khalifah juga umat manusia, kita disuruh untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu dan mengambil pelajaran darinya.(syamsuri, 2006:97)
1. Hadits tentang perbuatan manusia (Moh. Matsna, 2004: 85-86)
عَنْ أََبِى عَمْرِ وَبْنِ جُبَيْرِ بْنِ عَبْدِ اللّٰهِ قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ: مَنْ سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنّةً حَسَنَةً فَلَهُ اَجْرُهَا وَ اَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ. وَمَنْ سَنَّ سُنّةً سَيِّأَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَاوَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَابَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ اَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ (رواه مسلم)
Artinya: dari Abi Amr Ibn Jubair Ibn Abdillah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang berbuat baik dalam islam, maka ia akan memperoleh pahala dari perbuatan itu dan pahala dari orang yang melaksanakan atau meniru prakarsa itu setelahnya tanpa mengurangi pahala orang-orang yang menirunya. Dan barang siapa berprakarsa yang jelek, maka ia akan mendapatkan dosa dari prakarsanya itu tanpa mengurangi dosa orang yang menirunya (HR.Muslim)
1. Penjelasan hadits tentang perbuatan manusia (Moh. Matsna, 2004: 86)
Hadits diatas menjelaskan bahwa siapa saja yang memprakarsai suatu perbuatan yang baik, seperti menciptakan suatu teori, metode, atau cara yang baik kemudian ditiru dan dilaksanakan oleh orang lain maka ia akan memperoleh pahala hasil prakarsa dan penemuannya itu serta pahala yang terus mengalir dari pahala-pahala orang yang menirunya dan melaksanakannya tanpa mengurangi pahala-pahala orang yang mengikutinya itu. Contohnya orang yang berusaha mengangkat kehidupan orang miskin dengan cara memberi pinjaman modal usaha kecil-kecilan. Bila usahanya sudah berjalan dan pinjamannya dapat dikembalikan dengan cara diangsur tanpa bunga, apabila perbuatan ini diikuti oleh orang lain, maka si pemrakarsa tadi akan mendapat dua pahala.
Begitu juga sebaliknya, orang yang berbuat kejahatan, ia akan mendapat dua dosa dari perbuatan dirinya dan dari dosa orang yang menirunya. Contohnya orang yang mencari lahan pertanian dengan cara membakar hutan sehingga hutan menjadi gundul dan rusak, lalu perbuatannya itu ditiru orang lain, maka ia akan mendapat dua dosa dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orang-orang yang mengikuti jejaknya
1. Kesimpulan
1. Kerusakan alam bisa terjadi karena ulah perbuatan tangan manusia sendiri
2. Dampak negatif kerusakan akan dirasakan manusia
3. Manusia dianjurkan untuk melihat sejarah, bagaimana akibat umat yang berbuat di bumi ini, dan jadikanlah itu sebagai peringatan bagi dirinya.
4. Manusia diperingatkan untuk selalu mengingat Allah dan tidak menyakutukannya dengan sesuatu apapun selain dariNya, karena itu akan berdampak buruk, baik bagi lingkungan, juga bagi manusia sendiri.
1. ANALISIS
Dari materi yang dipaparkan diatas, maka terdapat beberapa unsur didalamnya, yaitu Pertama, konsep yang terdapat pada bagian isi kandungan surah Ar-Rum 41-42, yang didalamnya memaparkan maksud dari manjaga kelestarian lingkungan secara umum. Kedua, fakta yang juga terdapat pada bagian isi kandungan surah Ar-Rum 41-42, dimana kehancuran yang dialami oleh umat-umat pada masa dahulu, yang diakibatkan karena perbuatan mereka, yaitu menyekutukan Allah. Selain itu, juga terdapat contoh-contoh akibat dari kerusakan lingkungan, seperti adanya banjir, longsor, dll. Yang ketiga yaitu prinsip yang terdapat pada poin 1, 2, dan 3 pada peta konsep, dimana tercantum dasar-dasar yang melandasi anjuran menjaga kalestarian lingkungan. Dan yang keempat yaitu nilai yang terdapat pada bagian 5, dimana terdapat hal-hal yang bisa dijadikan pedoman dalam berbuat sesuatu untuk menjaga kelestarian lingkungan dan tidak merusaknya. Kemudian selanjutnya yang kelima, keterampilan yaitu terdapat pada poin 1, yakni membaca Q.S Ar-Rum 41-42.
A. Surat Ar Rum ayat 41-42 tentang Larangan Membuat Kerusakan di Muka Bumi
1. Bacaan dan terjemahan lihat Al-Qur’an on line di geoogle
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah : Adakanlah perjalanandimuka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS Ar Rum : 41-42)
2. Isi kandungan
Selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakanlah sebagai khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan semua makhluk Nya, khususnya manusia.
Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian mannusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Tanah longsor, banjir, kekeringan, tata ruang daerah yang tidak karuan dan udara serta air yang tercemar adalah buah kelakuan manusia yang justru merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin dalam beberpa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi
Tentang memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, banyak upaya yang bisa dilakukan, seperti yang terdapat pada amanat GBHN, rehabilitasi SDA berupa hutan, tanah dan air yang rusak perlu ditingkatkan lagi. Dalam lingkungan ini program penyelamatan hutan, tanah dan air perlu dilanjutkan dan disempurnakan. Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut dan kawasan udara perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.
B. Surah Al A’raf Ayat 56-58 tentang Peduli Lingkungan
1. Bacaan dan terjemahannya. lihat Al-Qur’an on line di geoogle
Artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS Al A’raf : 56-58)
2. Isi Kandungan
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan
Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja, melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan tersebut sering kali merka menganggap diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumi
Allah SWT melarang umat manusia berbuat kerusakan dimuka bumi karena Dia telah menjadikan manusia sebagai khalifahnya. Larangan berbuat kerusakan ini mencakup semua bidang, termasuk dalam hal muamalah, seperti mengganggu penghidupan dan sumber-sumber penghidupan orang lain (lihat QS Al Qasas : 4).
Allah menegasakan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan kepada hambanya ialah Dia menggerakkan angin sebagai tanda kedatangan rahmat Nya. Angin yang membawa awan tebal, di halau ke negeri yang kering dan telah rusak tanamannya karena tidak ada air, sumur yang menjadi kering karena tidak ada hujan, dan kepada penduduk yang menderita lapar dan haus. Lalu dia menurunkan hujan yang lebat di negeri itu sehingga negeri yang hampir mati tersebut menajdi subur kembali dan penuh berisi air. Dengan demikian, dia telah menghidupkan penduduk tersebut dengan penuh kecukupan dan hasil tanaman-tanaman yang berlimpah ruah.
C. Surat Sad Ayat 27-28 tentang Perbedaan Amalan Orang Beriman dengan Orang Kafir
1. Bacaan dan terjemahannya lihat Al-Qur’an on line di geoogle
Artinya : “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS Sad : 27 )
2 Isi kandungan
Allah SWT menjelaskan bahwa dia menjadilakn langit, bumi dan makhluk apa saja yang berada diantaranya tidak sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-ubah dari malam kemalam serta bumi temapt tinggal manusia, baik yang tampak dipermukaannya maupun yang tersimpan didalamnya, sangat besar artinya bgi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendaknya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.
Allah memberikan pertanyaan pada manusia. Apakha sama orang yang beriman dan beramal saleh dengan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dan juga apakah sama antara orang yang bertakwa dengan orang yang berbuat maksiat? Allah SWT menjelaskan bahwa diantara kebijakan Allah ialah tidak akan menganggap sama para hambanya yang melakukan kebaikan dengan orang-orang yang terjerumus di lembah kenistaan. Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi zat Nya dengan segala keagungan Nya, menganggap sama antara hamba-hambanya yang beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari keesaannya lagi memperturutkan hawa nafsu.
Mereka ini tidak mau mengikuti keesaan Allah, kebenaran wahyu, terjadinya hari kebangkitan dan hari pembalasan. Oleh karena itu, mereka jauh dari rahmat Allah sebagai akibat dari melanggar larangan-larangannya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan kembali dari dalam kuburnya dan akan dihimpun dipadang mahsyar untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya sehingga mereka berani zalim terhadap lingkungannya.
Allah menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya hanya untuk kepentingan manusia. Manusia diciptakan Nya untuk menjadi khalifah di muka bumi ini sehingga wajibuntuk menjaga apa yang telah dikaruniakan Allah SWT.
D. Surat Yunus Ayat 101 tentang Perlunya Memperhatikan Kejadian Alam
1. Bacaan Surah Yunus ayat 101 lihat Al-Qur’an on line di geoogle
Artinya : “Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS Yunus :101)
2. Isi Kandungan
Dalam ayat ini Allah menjelaskan perintah Nya kepada rasul Nya agar dia menyuruh kaumnya untuk memperhatikan dengan mata kepala mereka dan edngan akal budi mereka segala yang ada di langit dan di bumi. Mereka diperintahkan agar merenungkan keajaiban langit yang penuh dengan bintang-bintang, matahari dan bulan, keindahan pergantian malam dan siang, air hujan yang turun ke bumi, menghidupkan bumi yang mati, menumbuhkan tanam-tanaman, dan pohon-pohonan dengan buah-buahan yang beraneka warna dan rasa. Hewan-hewan dengan bentuk dan warna yang bermacam-macam hidup diatas bumi, memberi manfaat yang tidak sedikit kepada manusia. Demikian pula keadaan bumi itu sendiri yang terdiri dari gurun pasir, lembah yang terjal, dataran yang luas, samudera yang penuh dengan berbagai ikan yang semuanya itu terdapat tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah SWT bagi orang-orang yang berfikir dan yakin kepada penciptanya.
Akan tetapi mereka yang tidak percaya adanya pencipta alam ini, membuat semua tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah di alam ini tidak akan bermanfaat baginya.
E. Surah Al Baqarah Ayat 164 tentang renungan terhadap Penciptaan Langit dan Bumi
1. Bacaan Surah Al Baqarah ayat 164 lihat Al-Qur’an on line di geoogle
Artinya : “ Sesungguhya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar dilaut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari berupa air , lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi sungguh (terdapat) tana-tanad (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS Al Baqarah : 164)
2. Isi Kandungan
Dialah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk keperluan manusia. Sudah seharusnyalah manusia memperhatikan dan merenungkan rahmat Allah yang maha suci itu. Karena dengan begitu, akan bertambah yakinlah ia pada kekuasaan dan keesaan Nya, akan bertmabha luas pulalah ilmu pengetahuannya mengenai alam ciptaan Nya dan dapat pula dimanfaatkannya ilmu pengetahuan itu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah yang maha mengetahui. Hendaklah selalu diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu :
1. Bumi yang dihuni manusia dan apa yang tersimpan didalamnya tidak akan pernah habis baik didarat maupun dilaut
2. Langit dengan planet dan bintang-bintangnya semua berjalan dan bergerak menurut tata tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan itu
3. Pertukaran malam dan siang dan perbedaan panjanng dan pendeknya pada beberapa negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan manfaat yang amat besar bagi manusia
4. Bahtera berlayar dilautan untuk membawa manusia dari satu negeri ke negeri yang lain dan untuk membawa barang-barang perniagaan untuk memajukan perekonomian
5. Allah SWT menurunkan hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau lekang dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat pula melangsungkan hidupnya
6. Pengendalian dan pengisaran angindari suatu tempat ke tempat yang lainadalah tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah dan kebesaran rahmatnya bagi manusia
7. Demikian pula, harus dipikirkan dan diperhatikan kebesaran nikmat Allah kepada manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan antara langit dan bumi. Ringkasnya, semua rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa yang tersebut dalam ayat 164 ini patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas dan diteliti untuk meresapkan keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk memajukan ilmu pengetahuanyang juga membawa kepada pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah.
surah-surah tentang kerusakan di bumi
Saat ini dimana era globalisasi sudah sangat merajai. Berbagai teknologi mampu membantu aktivitas manusia akan tetapi manusia tidak mengingat akan dampak dari perbuatan mereka. Berikut adalah beberapa surah yang menjelaskan dampak dari perbuatan tangan manusia.
Ar-Rum Ayat 41
Tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai hari lingkungan hidup sedunia. Peringatan ini dimaksudkan untuk menyeru kita semua warga dunia untuk terus peduli terhadap lingkungan disekitar kita, tempat kita semua melakukan aktivitas sehari-hari. Isu lingkungan dirasa semakin penting untuk diperhatikan karena ditengarai adanya tanda-tanda adanya kerusakan yang semakin parah. Padahal kita hidup memerlukan lingkungan yang baik. Kerusakan juga ada dimana-mana, termasuk di Indonesia. Kerusakan-kerusakan itu sebagian besar adalah karena ulah manusia, baik individu maupun dan menjadi kolektif.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar), “ (QS Ar-Rum: 41)
Allah menciptakan manusia adalah untuk menjadi khalifah dan sekaligus pemakmur di bumi … “inni ja’ilun fil ardl kholiifah…” ..”hendak Aku ciptakan kholifah di muka bui..” demikian firman Allah dalam QS Al Baqoroh: 30. Para mufasirin menjelaskan masud kholifah ini yaitu sebagai wakil Allah untuk mengurusi bumi ini sebagi tempat tinggal bersama seluruh makhluk. Dalam konteks ini, Allah juga menstimulasi manusia untuk selalu melakukan perbaikan, dan mencela perbuatan kerusakan. Bahkan manusia selalu diingatkan untuk jangan berbuat kerusakan.
“wa laa ta’tsau fil ardl mufsidiin..” …dan janganlah kamu berkeliaran dimuka bumi dengan berbuat kerusakan …
“wa laa tufsiduu fil ardl ..” …dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi …
Namun demikian ternyata tidaklah mudah manusia mengemban amanah yang besar ini meskipun manusia telah dibekali dengan akal yang sempurna. Ini disebabkan karena manusia juga memiliki nafsu yang cenderung menjauh dari ajaran kebenaran.
“..Inna nafsa la-ammarotum-bissuu-I illa maa rohima robbi …”
…”..sesungguhnya nafsu itu cenderung menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat dari Tuhanku…” (QS Yusuf; 53)
Rahmat dan pertolongan Allah kita perlukan untuk membimbing nafsu kearah yang benar. Akan tetapi hal ini tidaklah mudah dan manusia kebanyakan cenderung terdorong mengikuti hawa nafsunya sehingga yang kita saksikan adalah terjadinya kerusakan2 alam di bumi kita ini.
Tepat sekali sindiran Al Quran surat Ar-Rum: 41 tersebut. Banyak kerusakan yang terjadi di bumi kita ini akibat ulah manusia.
Lantas bagaimana sebaiknya??
Dalam ayat berikutnya Allah berfirman:
Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
Agar perbuatan kita di rahmati Allah dan tidak menuruti hawa nafsu, maka kita disuruh mengadakan perjalanan di muka bumi dan mengambil pelajaran dan hikmah dari seluruh kejadian2 yang kita temui. Model pembelajaran seperti ini ternyata sangat efektif untuk meninkatkan pemahaman dan aktualisasi kehidupan yang berkualitas.
Al-Araf
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-Araf [7]: 96)
Bila kita melihat keadaan negara kita, terlihat sangat carut marut keadaan ekonomi maupun kehidupan masyarakat. Semenjak krisis ekonomi mendera pada tahun 1997 sampai sekarang, negara kita belum mampu keluar dan mengatasi permasalahan ini.
Bahkan, belakangan ini, negara kita ditimpa oleh musibah yang berkepanjangan. Bahkan musibah yang terjadi menimpa darat, laut dan udara. Lengkaplah sudah penderitaan negeri ini. Belum lagi masalah alam yang belum beres, masalah baru kembali mencuat yaitu adanya masalah flu burung, demam berdarah dan musibah yang lainnya yang melanda negeri ini.
Masyarakat yang miskin, semakin terjepit dengan harga-harga barang pokok kehidupan seperti beras naik. Sehingga banyak masyarakat yang hanya mengandalkan pemberian orang ataupun makan seadanya walau hanya memakan nasi basi dan nasi kering.
Kelaparan melanda, kemiskinan bertambah, tapi seolah-olah itu tidak menjadikan kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Kita malah semakin jauh dari-Nya dan hanya mementingkan diri kita sendiri.
Allah telah menjanjikan kepada kita apabila masyarakat dalam suatu negeri beriman dan bertakwa, maka Allah akan melimpahkan keberkahan dari langit dan bumi. Sebagaimana firman-Nya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-a’raf [7]: 96)
Bila kita mau menghayati dan mengamalkan firman Allah ini, maka kita tidak akan berada dalam keadaan seperti ini. Karena bila kita beriman dan bertakwa kepada-Nya, niscaya kita akan berada dalam kehidupan yang lebih baik.Seorang ayah menyayangi anaknya, seorang karyawan menghormati atasannya, masyarakat mencintai pemimpinnya, dan yang lain sebagainya. Itulah yang diajarkan Allah melalui Rasul-Nya untuk saling mencintai dan menyayangi dalam kehidupan.
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, memberikan solusi akan hal itu. Islam yang diperkenalkan kepada umat manusia selama 23 tahun, sebenarnya telah memberikan gambaran yang sangat jelas dalam mengatur kehidupan manusia melalui al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW.Kita tahu, pada permulaan hijrah, Rasulullah SAW, telah mempersaudarakan kaum muhajirin dan kaum anshar, antara penduduk Mekah dan Madinah, yang mungkin pada zaman jahiliyah dulu mereka berperang untuk mempertahankan kekuasaannya. Tapi setelah datangnya Islam, mereka seperti saudara sekandung yang tidak akan pernah terpisahkan lagi. Dan keberkahan didapati dalam kehidupan mereka, karena satu tujuan, yaitu menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai tuntunan hidup melalui al-Quran dan Sunnah.
Pada zaman sekarang ataupun yang akan datang, kita tidak akan pernah mendapatkan kembali suatu generasi seperti generasi pertama Islam. Karena generasi pertama Islam benar-benar rela mengorbankan harta dan jiwa mereka untuk Islam. Selain itu, keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan mereka, sehingga Allah menaungi mereka dengan keberkahan didalam kehidupan.
Tetapi yang terjadi sekarang, banyak masyarakat kita yang mendustakan akan kebenaran yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Pikiran kita telah banyak terkontraminasi oleh pemikiran-pemikiran dari selain al-Quran dan Sunnah juga oleh logika pemikiran sendiri, sehingga kita banyak mengartikan ayat-ayat dalam al-Quran sesuai dengan logika sendiri tanpa dibarengi oleh ilmu yang lainnya.
Maka, janganlah kita menyalahkan alam dan yang lainnya apabila terjadi bencana dan kerusakan dimana-mana, tetapi salahkan diri kita sendiri. Setiap bencana yang menimpa dan musibah yang melanda adalah akibat tangan kita sendiri.
As-Sad Ayat 27-28
1. Bacaan dan terjemahannya lihat Al-Qur’an on line di geoogle
Artinya : “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS Sad : 27 )
2 Isi kandungan
Allah SWT menjelaskan bahwa dia menjadilakn langit, bumi dan makhluk apa saja yang berada diantaranya tidak sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-ubah dari malam kemalam serta bumi temapt tinggal manusia, baik yang tampak dipermukaannya maupun yang tersimpan didalamnya, sangat besar artinya bgi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendaknya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.
Allah memberikan pertanyaan pada manusia. Apakha sama orang yang beriman dan beramal saleh dengan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dan juga apakah sama antara orang yang bertakwa dengan orang yang berbuat maksiat? Allah SWT menjelaskan bahwa diantara kebijakan Allah ialah tidak akan menganggap sama para hambanya yang melakukan kebaikan dengan orang-orang yang terjerumus di lembah kenistaan. Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi zat Nya dengan segala keagungan Nya, menganggap sama antara hamba-hambanya yang beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari keesaannya lagi memperturutkan hawa nafsu.
Mereka ini tidak mau mengikuti keesaan Allah, kebenaran wahyu, terjadinya hari kebangkitan dan hari pembalasan. Oleh karena itu, mereka jauh dari rahmat Allah sebagai akibat dari melanggar larangan-larangannya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan kembali dari dalam kuburnya dan akan dihimpun dipadang mahsyar untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya sehingga mereka berani zalim terhadap lingkungannya.
Allah menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya hanya untuk kepentingan manusia. Manusia diciptakan Nya untuk menjadi khalifah di muka bumi ini sehingga wajib untuk menjaga apa yang telah dikaruniakan Allah SWT.
iman kepada kitab Allah (bab 8)
Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa ada 4 kitab Allah. Taurat diturunkan kepada nabi Musa a.s, Zabur kepada nabi Daud a.s, Injil kepada nabi Isa a.s, dan Al Qur’an kepada nabi Muhammad SAW. Al Qur’an sebagai kitab suci terakhir memiliki keistimewaan yakni senantiasa terjaga keasliannya dari perubahan atau pemalsuan sebagaimana firman Allah berikut. Artinya : “ Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur’an dan Sesungguhnya Kami yang memeliharanya.” (Al Hijr : 9) lihat al-Qur’an online di Goole,
A. Pengertian Kitab dan Suhuf
Kitab yaitu kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada para rasul untuk diajarkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Suhuf yaitu wahyu Allah yang disampaikan kepada rasul, tetapi masih berupa lembaran-lembaran yang terpisah.
Ada persamaan dan perbedaan antara kitab dan suhuf
Persamaan
Kitab dan suhuf sama-sama wahyu dari Allah.
Perbedaan
1. Isi kitab lebih lengkap daripada isi suhuf
2. Kitab dibukukan sedangkan suhuf tidak dibukukan.
Allah menyatakan bahwa orang mukmin harus meyakini adanya kitab-kitab suci yang turun sebelum Al Qur’an seperti disebutkan dalam firman Allah berikut ini.
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya”. (QS An Nisa : 136) lihat al-Qur’an online di Goole,
Selain menurunkan kitab suci, Allah juga menurunkan suhuf yang berupa lembaran-lembaran yang telah diturunkan kepada para nabi seperti Nabi Ibrahim a.s dan nabi Musa a.s. Firman Allah SWT .
Artinya : “ (yaitu) suhuf-suhuf (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa” (Al A’la : 19) lihat al-Qur’an online di Goole,
Kitab-kitab Allah berfungsi untuk menuntun manusia dalam meyakini Allah SWT dan apa yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT berikut.
Artinya : “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya dan apa yang kami berikan kepada Musa dan Isa seperti apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya patuh kepada-Nya.” (QS Al Baqarah : 136) lihat al-Qur’an online di Goole
,
B. Prilaku yang mencerminkan Keimanan Kepada Kitab Allah
1. Meyakini bahwa Kitab Allah itu benar datang dari Allah.
2. Menjadikan kitab Allah sebagai Pedoman (hudan) khusus kitab yang diturunkan
kepada kita
3. Memahami isi kandungannya.
4. Mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari
Umat manusia, khususnya umat muslim harus meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab Nya kepada para nabi atau Rasul sebagai pedoman hidup bagi umatnya masing-masing. Al Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir dan penyempurna sebelumnya telah diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.
Upaya memahami isi kandungan Al Qur’an, ada beberapa tahapan yang perlu kita jalani antara lain sebagai berikut.
1. Tahap pertama, kita harus mengetahui dan memahami filosofi Islam sebagai agama yang mendapat ridha Allah SWT.
2. Tahap kedua, kita harus mengetahui tata krama membaca Al Qur’an.
3. Tahap ketiga, kita harus mengetahui bahwa di dalam Al Qur’an itu banyak sekali surah atau ayat yang mengandung perumpamaan atau berupa perumpamaan.
4. Tahap keempat, kita harus mempergunakan akal ketika mempelajari dan memahami Al Qur’an.
5. Tahap kelima, kita harus mengetahui bahwa didalam Al Qur’an banyak sekali surah atau ayat yang mengandung hikmah atau tidak bisa langsung diartikan, akan tetapi memiliki arti tersirat.
6. Tahap keenam, kita harus mengetahui bahwa Al Qur’an tidak diturunkan untuk menyusahkan manusia dan harus mendahulukan surah atau ayat yang lebih mudah dan tegas maksudnya untuk segera dilaksanakan.
7. Tahap ketujuh, kita harus mengetahui bahwa ayat-ayat didalam Al Qur’an terbagi dua macam (QS Ali Imran : 7) yaitu pertama, ayat-ayat muhkamat yakni ayat-ayat yang tegas, jelas maksudnya dan mudah dimengerti. Ayat-ayat muhkamat adalah pokok-pokok isi Al Qur’an yang harus dilaksanakan oleh manusia dan dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupannya. Kedua, ayat-ayat yang mutasyabihat adalah ayat-ayat yang sulit dimengerti dan hanya Allah yang mengetahui makna dan maksudnya.
8. Tahap kedelapan, kita harus menjalankan isi kandungan Al Qur’an sesuai dengan keadaan dan kesanggupannya masing-masing (QS 12 : 22, 4 : 36, 65 : 7, 2 : 215, 3 : 92, 2 : 269).
B. Hikmah Iman Kepada Kita Allah
Ada hikmah yang bisa direnungi mengapa Allah menurunkan Al Qur’an kepada umat manusia yang diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Menjadikan manusia tidak kesulitan, atau agar kehidupan manusia menjadi aman, tenteram, damai, sejahtera, selamat dunia dan akhirat serta mendapat ridha Allah dalam menjalani kehidupan. (keterangan selanjutnya lihat QS Thaha :
Artinya: Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
1. Untuk mencegah dan mengatasi perselisihan diantara sesama manusia yang disebabkan perselisihan pendapat dan merasa bangga terhadap apa yang dimilkinya masing-masing, meskipun berbeda pendapat tetap diperbolehkan (keterangan selanjutnya lihat QS Yunus : 19.
Artinya: Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka], tentang apa yang mereka perselisihkan itu. lihat al-Qur’an online di Goole,
1. Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa (keterangan selanjutnya lihat QS Ali Imran : 138,
Artinya: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. lihat al-Qur’an online di Goole,
1. Untuk membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya (keterangan selanjutnya lihat QS Al Maidah : 48,
Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, lihat al-Qur’an online di Goole,
1. Untuk menginformasikan kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu mempunyai syariat (aturan) dan jalannya masing-masing dalam menyembah Allah (keterangan selanjutnya lihat Al Hajj : 67
Artinya: Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. lihat al-Qur’an online di Goole,
6 Untuk menginformasikan bahwa Allah tidak menyukai agama tauhid Nya (islam) dipecah belah (keterangan selanjutnya lihat QS Al Hijr : 90-91, Al Anbiya : 92-93, Al Mukminun : 52-54, Ar Rum : 30-32, Al Maidah : 54, an An Nisa : 150-152
7. Untuk menginformasikan bahwa Al Qur’an berisi perintah-perintah Allah, larangan-larangan Allah, hukum-hukum Allah, kisah-kisah teladan dan juga kumpulan informasi tentang takdir serta sunatullah untuk seluruh manusia dan pelajaran bagi orang yang bertakwa.
8. Al Qur’an adalah kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah bagi seluruh umat manusia sejak nabi Adam a.s sampai nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia yang takwa kepada Allah untuk mencapai islam selama ada langit dan bumi (keterangan selanjutnya lihat QS Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 88-85, Shad : 87, dan At Takwir : 27)
Manusia ingin mencapai kehidupan yang selamat sejahtera, baik didunia maupun di akhirat harus menggunakan pedoman hidup yang lurus dan benar yaitu Al Qur’an (keterangan selanjutnya lihat QS Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 84-85, dan At Takwir : 27).
berperilaku terpuji (bab 9)
Sumber: www.harunyahya.com
Di dalam Al-Qur`an, Allah memaparkan dengan rinci tentang sifat, moralitas tertinggi, dan pola pikir khas orang-orang beriman. Perasaan takut kepada Allah yang menghunjam di dalam kalbu mereka, keyakinan mereka yang tak tertandingi dan upaya yang tak pernah goyah untuk mendapatkan ridha-Nya, kepercayaan yang mereka gantungkan kepada Allah, seperti juga keterikatan, keteguhan, ketergantungan, dan banyak lagi kualitas superior serupa, semuanya disuguhkan Al-Qur`an. Lebih jauh, di dalam Kitab-Nya, Allah menyanjung kualitas-kualitas moral semacam itu, seperti keadilan, kasih sayang, rendah hati, sederhana, keteguhan hati, penyerahan diri secara total kepada-Nya, serta menghindari ucapan tak berguna.
Seiring dengan penyajian rinci tentang orang beriman model ini, Al-Qur`an juga bertutur mengenai kehidupan orang-orang beriman pada masa dahulu dan bercerita kepada kita bagaimana mereka berdo’a, berperilaku, berbicara, baik di kalangan mereka sendiri maupun dengan orang-orang lain di luar mereka, dan dalam menanggapi berbagai peristiwa. Melalui perumpamaan ini, Allah menarik perhatian kita kepada sikap dan perbuatan yang disenangi-Nya.
Titik pandang sebuah masyarakat yang jauh dari moralitas Al-Qur`an (masyarakat jahiliyah) terhadap tingkah laku yang secara sosial bisa diterima bisa saja berubah, sesuai dengan tahapan waktu, suasana, budaya, peristiwa-peristiwa, dan manusianya sendiri. Akan tetapi, perilaku dari mereka yang kokoh berpegang pada ketetapan hukum Al-Qur`an tetap tak tergoyahkan oleh adanya perubahan kondisi, waktu, dan tempat. Seseorang yang beriman senantiasa tunduk-patuh kepada perintah dan peringatan Al-Qur`an. Karena itulah, ia mencerminkan akhlaq terpuji.
Pada bagian ini, akan kami perlihatkan sejumlah contoh perilaku yang layak mendapat penghargaan sesuai penilaian Allah. Akan tetapi, kami tidak menguraikan semua kualitas perilaku terpuji dari orang-orang beriman yang secara panjang lebar telah terteradalam Al-Qur`an. Kami hanya memfokuskan perhatian pada moralitas terpuji yang masih terselubung dengan segala keagungan-keagungannya yang terpendam.
Konsep Kesucian
Allah menyeru orang-orang beriman supaya membersihkan (menyucikan) diri mereka, yang sesuai dengan fitrah jiwa mereka dan sunnah alam. Kesucian dianggap sebagai satu bentuk lain dari ibadah orang beriman dan, dengan begitu, merupakan satu sumber kelapangan dan kesenangan yang besar bagi mereka sendiri. Di dalam banyak ayat, Allah memerintahkan orang beriman agar memperhatikan kesucian jiwa dan raga. Nabi kita saw. juga menekankan pentingnya memelihara kesucian,
"Kebersihan adalah sebagian dari iman." (HR Muslim)
Di bawah ini ada sejumlah rincian berkaitan dengan kebersihan.
1. Kesucian Jiwa
Pengertian qur`ani tentang kesucian berbeda makna dengan yang dipahami oleh masyarakat awam. Menurut Al-Qur`an, suci adalah keadaan yang dialami dalam jiwa seseorang. Demikianlah, kesucian berarti seseorang telah sama sekali membersihkan dirinya dan nilai-nilai moral masyarakatnya, bentuk pola pikirnya, dan gaya hidup yang bertentangan dengan Al-Qur`an. Dalam hal ini, Al-Qur`an menganugerahkan ketenangan jiwa kepada orang-orang beriman.
Tahap awal dari keadaan suci ini berwujud dalam pemikiran. Tak diragukan lagi, ini merupakan satu kualitas terpenting. Kesucian jiwa yang dialami manusia tersebut akan terpancar dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian, moral terpuji orang tersebut akan nyata bagi siapa saja.
Manusia yang berjiwa suci akan menjauhkan pikirannya dari segala bentuk kebatilan. Mereka tidak pernah berniat menyakiti, cemburu, kejam, dan mementingkan diri sendiri, yang semuanya merupakan perasaan tercela yang diserap dan ditampilkan oleh orang-orang yang jauh dari konsep moral Al-Qur`an. Orang-orang beriman memiliki jiwa kesatria, karena mereka merindukan moral terpuji. Inilah sebabnya, terlepas dari penampilan ragawi, orang-orang beriman pun menaruh perhatian besar pada penyucian jiwa mereka-dengan cara menjauhi semua keburukan yang muncul dari kelalaian-dan mengajak orang lain untuk mengikuti hal yang serupa.
2. Kesucian Ragawi
Di dunia ini, orang-orang beriman berupaya membina suatu lingkungan yang mirip dengan surga. Di dunia ini, mereka ingin menikmati segala sesuatu yang akan Allah anugerahkan kepada mereka di surga. Sebagaimana kita pahami dari Al-Qur`an, kesucian ragawi merupakan salah satu dari kualitas-kualitas yang dimiliki manusia surga. Ayat yang berbunyi, "… anak anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan," (ath-Thuur [52]: 24) sudah otomatis menjelaskan hal itu. Sebagai tambahan, Allah menginformasikan kepada kita dalam banyak ayat lainnya, bahwa di surga tersedia, "pasangan-pasangan hidup yang senantiasa suci sempurna." (al-Baqarah [2]: 25)
Di ayat lain, Allah menekankan perhatian pada kesucian raga adalah yang merujuk pada Nabi Yahya a.s., "Kami anugerahkan kepadanya… kesucian dari Kami." (Maryam [19]: 12-13)
3. Pakaian yang Bersih
Al-Qur`an juga merujuk pada pentingnya pakaian bersih, seperti dalam ayat, "Dan pakaianmu sucikanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah." (al-Muddatstsir [74]: 4-5)
Lebih jauh, kebersihan ragawi adalah hal yang penting, sebab hal ini menunjukkan penghargaan seseorang kepada orang lain. Sesungguhnya, penghormatan pada orang lain mensyaratkan pemeliharaan tampilan fisik seseorang. Orang-orang beriman bukan sekadar menghindari kotoran, ta
pi juga memberikan kesan rapi yang tak mencolok yang memperjelas besarnya rasa hormat mereka kepada orang lain. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa hormat adalah memakai pakaian bersih. Melalui Al-Qur`an, Allah memerintahkan kepada kita,
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid…." (al-A’raaf [7]: 31)
Dalam pemahaman ini, menjaga kebersihan raga dan kerapian serta mengupayakan yang terbaik dalam berbagai hal, merupakan kualitas yang disenangi Allah. Kualitas-kualitas semacam ini tidak diutamakan oleh orang-orang yang bodoh. Nabi kita saw. juga mempertegas pengesahan Allah akan kualitas-kualitas seperti itu, sebagaimana disebutkan dalam hadits,
"Seseorang bertanya, ‘Bagaimana tentang seseorang yang suka mengenakan pakaian dan sepatu yang indah-indah?’ Rasulullah menjawab, ‘Semua ciptaan Allah adalah indah dan Dia menyukai keindahan.’" (HR Muslim)
Kita harus memperhatikan hal berikut ini. Umumnya, setiap orang cenderung untuk berupaya sebaik mungkin memberikan kesan terhadap sesuatu yang mereka anggap penting pada setiap pertemuan dengan orang lain. Demikian halnya orang beriman, sesuai moralitas yang dikehendaki Al-Qur`an, mereka tampak sangat mementingkan kerapian dengan segenap ketelitiannya dengan tujuan untuk menyenangkan Allah.
Orang beriman memang layak mendapatkan surga dan, di dunia ini, mereka terikat untuk selalu berupaya menjaga diri dan lingkungannya agar tetap bersih, sehingga mereka bisa mendapatkan kesucian dan keindahan surga di dunia ini.
4. Memelihara Kebersihan Lingkungan
Umat Islam sangat berhati-hati dalam menjaga lingkungan terdekat mereka agar tetap bersih. Satu contoh tentang itu disebutkan dalam surah al-Hajj. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk memelihara Ka’bah agar tetap bersih untuk orang-orang beriman yang berdo’a di sekitar tempat itu,
"Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu menyekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang ruku dan sujud.’" (al-Hajj [22]: 26)
Sebagaimana dikehendaki ayat tersebut, kebersihan lingkungan tempat suci yang sejenis (mushala, masjid, majelis taklim, Ed.) harus dipelihara, terutama sekali bagi orang-orang beriman lainnya yang hendak menunaikan ibadah untuk mendapatkan ridha Allah. Karena itu, semua orang beriman yang mengikuti langkah Ibrahim a.s. harus menjaga tempat tinggal mereka agar tetap bersih dan rapi, sebab hal itu dapat menyenangkan hati mereka.
Konsep qur`ani tentang kebersihan jelas berbeda dengan pemahaman orang-orang yang tidak beriman. Allah memerintahkan orang-orang beriman supaya "bersih dan suci" baik lahir maupun batin. Dengan kata lain, hal ini bukanlah bersih dalam pengertian klasik atau kuno, melainkan sebuah upaya berkesinambungan.
Menurut kaidah ini, penggambaran Al-Qur`an tentang kehidupan di surga juga bersifat perintah. Lingkungan surga sudah dibersihkan dari segala bentuk kotoran yang dapat kita lihat di sekitar kita. Surga adalah sebuah tempat yang penuh dengan kebahagiaan, dengan kebersihan yang sempurna. Tiap detail yang terwujud di sana berada dalam keserasian yang sempurna dengan setiap detail lainnya. Dalam cahaya ilustrasi seperti ini, insan beriman senantiasa harus berupaya menjaga lingkungan mereka agar bersih dan mengalihkan kenangan mereka pada tempat-tempat yang mengingatkan mereka kepada surga.
5. Memakan Makanan yang Bersih
Mengonsumsi pangan bersih adalah satu perintah Ilahiah yang harus selalu ada dalam kalbu semua makhluk beriman,
"Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, melainkan mereka menganiaya diri mereka sendiri." (al-Baqarah [2]: 57)
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik dan apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (al-Baqarah [2]: 168)
Sebagai tambahan, Allah memasukkan dalam hitungan kelompok As-habul Kahfi untuk menunjukkan bahwa orang-orang beriman cenderung kepada makanan bersih. Sebagaimana dapat kita baca,
"…Seorang di antara mereka berkata, ‘Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lama kamu sudah berada di sini. Utuslah salah seorang dari kamu ke kota dengan uang perakmu ini, agar dia bisa melihat makanan mana yang lebih baik, dan membawakan makanan itu untukmu…." (al-Kahfi [18]: 19)
Kita akan kembali ke topik ini pada bab lain dalam judul, "Makanan Bermanfaat yang Disebut di Dalam Al-Qur`an".
Berlatih, Berenang, dan Air Minum
Perilaku lain yang disebutkan dalam Al-Qur`an tercantum di dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan ungkapan Nabi Ayyub a.s.,
"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, ‘Sesungguhnya, aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.’(Allah berfirman) ‘Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.’" (Shaad [38]: 41-42)
Dalam menanggapi keluhan kesulitan dan penderitaan, Allah menasihati Nabi Ayyub a.s. supaya "menghentakkan kaki". Nasihat itu dapat dianggap satu pertanda yang berkenaan dengan manfaat kegiatan olahraga dan berlatih.
Berlatih, khususnya melatih otot-otot panjang seperti terdapat pada otot-otot kaki (sebagai contoh: gerakan-gerakan isometrik), melancarkan aliran darah dan, karena itu, meningkatkan volume oksigen untuk masuk ke sel-sel tubuh. Selain itu, berlatih mengurangi elemen-elemen racun dari tubuh yang dapat melenyapkan penat, memberikan rasa lega dan kesegaran, dan memberikan kemampuan pada tubuh untuk memperbesar resistensi terhadap mikroba. Latihan teratur juga menjaga urat-urat darah tetap bersih dan lebar, yang, dengan kondisi demikian, dapat mencegah: 1)penggumpalan pada urat-urat dan menurunkan risiko penyakit koroner arteri dan 2) mengurangi risiko diabetes dengan mempertahankan kadar gula darah pada taraf tertentu dan meningkatkan jumlah kolesterol yang aman di dalam liver. Di samping itu, menghentakkan kaki ke tanah merupakan cara paling efektif untuk 3) melepaskan arus listrik statis yang sudah menumpuk di dalam tubuh, yang kerap mengakibatkan badan kaku.
Sebagai tambahan, sebagaimana disebutkan ayat di atas, mandi diakui merupakan metode paling ampuh untuk menghilangkan kebekuan arus listrik di tubuh. Ia juga melenyapkan ketegangan dan kerumitan pikiran, serta membersihkan badan. Karena itu, mandi merupakan satu penyembuhan efektif untuk stres dan banyak ketidakteraturan (gangguan) fungsi fisik dan kejiwaan.
Ayat tadi juga menarik perhatian kita pada manfaat-manfaat tak terhingga dari air minum. Hampir setiap fungsi jaringan tubuh dipantau dan dikendalikan agar menyerap air secara efisien melalui jalur pendistribusian. Fungsi-fungsi dari banyak organ tubuh (misalnya otak, kelenjar peluh, perut, usus, ginjal, dan kulit) sangat bergantung pada kecukupan distribusi air. Memastikan bahwa tubuh mendapat jatah air yang cukup tidak saja membuat tubuh berfungsi lebih berdaya guna, bahkan mungkin menolong seseorang terhindar dari beragam masalah kesehatan. Peningkatan taraf konsumsi air telah terbukti membantu mengurangi berbagai keluhan sakit kepala (migren, kolesterol darah tinggi, sakit saluran rheumatoid penyebab rematik, dan tekanan darah tinggi. Sebagai tambahan pada beragam manfaat tersebut, air juga menghilangkan letih dan kantuk, sebab serapan air yang teratur dan mencukupi membantu menghilangkan anasir racun dari tubuh.
Menaati semua anjuran ini, yang semuanya penting dan vital bagi kesehatan raga dan mental kita, insya Allah akan membuahkan hasil terbaik.
Berjalan Kaki
Orang-orang congkak mengira sikap angkuh bisa menimbulkan rasa kagum manusia lain. Dan, dengan begitu, secara berlebih-lebihan, mereka memamerkan gaya berjalan, berbicara, dan memandang dengan penuh sikap sombong. Tanda-tanda arogansi semacam itu tampak nyata dari gaya berjalan seseorang.
Ayat-ayat yang merujuk kepada nasihat bijak Luqman kepada putra beliau mengungkapkan secara gamblang keangkuhan sikap dan penampilan seseorang,
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (Luqman [31]: 18)
Dalam ayat lain, orang-orang beriman dianjurkan untuk tidak berjalan dengan sikap angkuh,
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (al-Israa` [17]: 37)
Dengan ayat-ayat ini, Allah memberitahukan kepada kita bahwa Dia tidak menyukai mereka yang sombong dan memperingatkan kita agar menjauhi sikap seperti itu. Kita harus senantiasa ingat bahwa kesombongan setan, yang tampak dari tuntutannya bahwa dia lebih tinggi dari makhluk-makhluk lainnya ciptaan Allah, yang menyebabkan dia tersingkir dari hadapan Allah. Orang beriman yang sadar akan keburukan kualitas-kualitas seperti ini tentu saja menjauhi semua itu.
Tak seorang pun yang senang berada di sekitar orang sombong. Siapa pula yang merasa nikmat berdampingan dengan orang-orang semacam itu? Umumnya setiap orang mengetahui bahwa orang-orang angkuh dan merasa diri lebih tinggi derajatnya, dalam kenyataannya, tak lebih dari manusia biasa yang penuh dengan beragam ketidaksempurnaan dan kelemahan-kelemahan. Akibatnya, orang sombong, meskipun menderita oleh keangkuhan dirinya sendiri, takkan pernah mencapai tujuan untuk menikmati prestise di kalangan manusia lain di sekitarnya dan sering tercekam dalam kehinaan.
Al-Qur`an juga menekankan perhatian kita kepada kenyataan bahwa orang-orang beriman harus memiliki sikap berjalan yang tidak berlebih-lebihan atau mengada-ada, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat, "Dan sederhanalah kamu dalam berjalan…." (Luqman [31]: 19) Di dalam mematuhi perintah Allah, manusia yang sederhana akan berjalan dengan sikap sederhana, dan dengan demikian meraih kemuliaan dalam pandangan Allah dan orang-orang beriman seluruhnya.
Intonasi Suara
Tinggi-rendahnya (intonasi) suara adalah bagian penting dari ungkapan perasaan positif seseorang. Bagaimana seorang menggunakan intonasi mencerminkan kualitas orang bersangkutan. Bahkan, suara merdu sekalipun dapat menyakiti jika diartikulasikan dengan tidak sepatutnya. Allah menasihati hamba-hamba-Nya melalui ucapan Luqman,
"… lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya, seburuk-buruk suara ialah suara keledai." (Luqman [31]: 19)
Seseorang yang bicara dalam suara keras atau menghardik orang lain tidak akan memberi kesan menyenangkan pada pihak lain. Di samping itu, pada kebanyakan kasus, hal seperti ini terasa tak tertahankan, seperti mendengarkan raungan keledai.
Dengan kata lain, cara orang bicara adalah hal yang penting. Suara orang yang sedang dirundung berang mungkin terdengar tak mengenakkan, meskipun suara lelaki atau perempuan itu, dalam suasana normal, mungkin terasa sedap ditelinga. Sebaliknya juga begitu, seseorang dengan lantunan suara tak sedap bisa saja terdengar lebih merdu kalau mengikuti nilai-nilai terpuji dari Al-Qur`an. Suara merdu, di pihak lain, mungkin saja terkesan menyerang dan tak tertahankan, jika orang itu angkuh dan berkesan menyakitkan. Karena suara orang tersebut, yang merupakan pantulan sifat negatif diri, baik lelaki atau perempuan, cenderung berkeluh kesah dan menghasut.
Sebagaimana halnya suara, mereka yang berakhlaq mulia selalu memiliki sifat rendah hati, santun, bersahaja, damai, dan konstruktif. Dengan sudut pandang positif dalam kehidupan, mereka selalu ceria, bersemangat, cerah, dan gembira. Sifat sempurna ini, yang timbul dari kehidupan dengan akhlaq perilaku seperti dijelaskan dalam Al-Qur`an, termanifestasikan dalam lantun suara seseorang.
Luhur Budi
Al-Qur`an menginformasikan kepada kita bahwa manusia beriman pada kenyataannya adalah orang-orang yang sangat bermurah hati. Akan tetapi, konsep Al-Qur`an tentang akhlaq mulia agak berbeda dari yang secara umum ditemukan dalam masyarakat. Manusia mewarisi sifat santun dari keluarga mereka atau menyerapnya dari lingkungan masyarakat sekitar. Akan tetepi, pengertian ini berbeda dari satu strata ke strata lain. Wujud keluhuran budi yang berlandaskan nilai-nilai qur`ani, walau bagaimanapun, melebihi dan di atas nilai dari pemahaman mana pun, karena ia tidak akan pernah berubah, baik oleh keadaan maupun manusia. Mereka yang menyerap unsur akhlaq mulia, sebagaimana pandangan Al-Qur`an, memandang setiap manusia sebagai hamba-hamba Allah, dan karena itu memperlakukan mereka dengan segala kebaikan, walaupun tabiat mereka mungkin saja tidak sempurna. Orang-orang semacam ini menjauhi penyimpangan dan tingkah laku yang tidak patut, teguh dalam pendirian, bahwa berketetapan dalam kebaikan mendatangkan kasih sayang Allah, sebagaimana ditandaskan dalam sebuah hadits,
"Allah itu baik dan menyukai kebaikan dalam segala hal." (HR Bukhari dan Muslim)
Sebagaimana ditunjukkan ayat berikut, Allah mendorong manusia supaya berbuat baik dan santun kepada orang lain,
"Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji dari bani Israel, ‘Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari kalian, dan kamu selalu berpaling." (al-Baqarah [2]:83)
Al-Qur`an menghendaki kebaikan kemutlakan. Dengan kata lain, manusia beriman tidak boleh berpaling dari perilaku baik, sekalipun kondisi lingkungannya tampak menginginkan keburukan dan ketidaksenangan. Kelemahan fisik, kehabisan tenaga, atau kesukaran tidak akan pernah menghalangi mereka dari keajekan mereka dalam kebaikan. Sementara itu, tak peduli mereka kaya atau miskin, menikmati kedudukan gemerlap atawa jadi orang dalam bui, manusia beriman memperlakukan setiap orang dengan baik, karena mereka sadar bahwa Nabi kita saw. menegaskan pentingnya tiap orang beriman untuk berbuat demikian, sebagaimana tersebut dalam hadits, "Manakala kebaikan ditambahkan pada sesuatu, itu akan memperindahnya; apabila kebaikan ditarik keluar dari sesuatu, itu akan meninggalkan cacat."(HR Muslim). Moralitas agung ini diperkuat dalam ayat berikut, sebagaimana sudah diutarakan dalam bagian sebelumnya,
"… berbuat baiklah pada ibu bapak, kaum kerabat, dan anak-anak yatim, dan fakir miskin, serta ucapkanlah kata kata yang baik kepada manusia…." (al-Baqarah [2]: 83)
Orang-orang beriman juga harus sangat berhati-hati terhadap cara mereka memperlakukan orang tua mereka sendiri. Di dalam Al-Qur`an, Allah memerintahkan supaya mereka diperlakukan dengan segala kebaikan,
"Dan Tuhanmu telah perintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (al-Israa` [17]: 23)
Satu contoh dalam surah Yusuf menegaskan pentingnya menghormati orang tua. Nabi Yusuf a.s. pernah dipisahkan dari keluarganya, untuk waktu lama, karena saudara-saudaranya menjebloskan beliau ke dalam sebuah sumur. Tak lama kemudian, beliau ditemukan oleh satu rombongan pedagang yang membawanya ke Mesir dan menjualnya sebagai budak. Kemudian, karena dakwaan palsu, dia dijebloskan ke penjara selama bertahun-tahun, dan dibebaskan, hanya berkat pertolongan Allah, untuk diangkat menjadi bendahara kerajaan Mesir. Kemudian, setelah semua ini, beliau memindahkan seluruh keluarganya dari Madyan ke Mesir dan menyambut mereka seperti terlukis dalam ayat berikut,
"Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf merangkul ibu bapaknya dan dia berkata, ‘Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.’ Dan dia naikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana…." (Yusuf [12]: 99-100)
Dengan demikian, kita mengetahui bahwa Nabi Yusuf a.s., terlepas dari status terhormatnya, berperilaku yang luar biasa santun kepada kedua orang tuanya. Mengangkat keduanya ke atas singgasana, menandakan hormat dan cintanya kepada keduanya, dan juga menunjukkan akhlaqnya nan mulia.
Ramah Tamah
Bagi umat beriman, yang mengikuti moralitas Al-Qur`an, memuliakan tamu mereka merupakan wujud kepatuhan pada salah satu perintah Allah serta satu kesempatan untuk mengaplikasikan moralitas yang tinggi. Sebab itulah, hamba-hamba beriman menyambut tamu-tamu mereka dengan penuh takzim.
Di dalam masyarakat yang tidak beriman, orang umumnya menganggap tamu sebagai satu beban, baik dari sudut material maupun spiritual, karena mereka tidak dapat melihat kejadian-kejadian semacam itu sebagai kesempatan untuk mendapatkan kesenangan Allah dan memperagakan akhlaq mulia. Sebaliknya, orang yang tidak beriman beranggapan bahwa santun dan sopan pada tamu tak lebih dari merupakan keharusan kemasyarakatan. Hanya karena mengharapkan suatu imbalan keberuntunganlah yang menggugah mereka untuk ramah dan santun pada tamu.
Al-Qur`an secara khusus menekankan perhatian agar manusia beriman menunjukkan akhlaq mulia kepada tamu. Sebelum yang lain-lainnya, manusia beriman menyuguhkan hormat, cinta, damai dan santun kepada setiap tamu. Sambutan biasanya didasarkan pada mempersiapkan tempat dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, yang tanpa ungkapan hormat, cinta, dan damai, tidak bakal menyenangkan sang tamu. Di dalam ayat berikut, Allah mempertegas betapa Dia menyenagi kemolekan jiwa di atas apa pun selain itu,
"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya, Allah memperhitungkan segala sesuatu." (an-Nisaa` [4]: 86)
Sebagaimana tersurat dalam ayat di atas, moralitas qur`ani mendorong manusia beriman agar berlomba-lomba dalam amal kebaikan, walau sekadar perbuatan biasa seperti menyambut tamu, sebagai satu sikap yang sudah dicontohkan di sini.
Al-Qur`an juga menginginkan kita memperlakukan tamu agar mereka merasa nyaman dengan menanyakan apa saja keperluan mereka, dan memenuhinya, sebelum sang tamu mengutarakannya. Cara Nabi Ibrahim a.s. melayani tamu beliau merupakan satu contoh bagus tentang ini dan merupakan peragaan satu wujud penting dari keramahtamahan,
"Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim yang dimuliakan? Ingatlah ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan ‘Salamun!’; Ibrahim menjawab ’salaman’, kalian adalah orang-orang tidak dikenal. Maka dia pergi secara diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkan kepada mereka (tetapi mereka tidak mau makan)." (adz-Dzaariyaat [51]: 24-27)
Satu hal penting dari ayat-ayat ini yang menarik perhatian kita: akan lebih baik kita lebih dulu menanyakan keperluan tamu, laki atau perempuan, sebelum dia memintanya, karena tamu yang sopan biasanya menunda-nunda mengemukakan keperluannya. Di luar dari pemikirannya, tamu semacam ini bahkan mencoba menolak apa yang mungkin ditawarkan tuan/nyonya rumah. Bila ditanya apakah dia memerlukan sesuatu, sang tamu mungkin akan menjawab "tidak" dan berterima kasih atas tawaran tersebut. Untuk alasan seperti itu, moral qur`ani akan memikirkan sejak awal tentang apa saja yang mungkin diperlukan tamunya.
Perilaku lain yang disukai berkenaan dengan hal ini adalah menawarkan bantuan tanpa menunda-nunda. Di atas segalanya, perilaku seperti ini mengedepankan rasa senang tuan rumah bila tamu merasa bahagia berada di sana. Sebagaimana disebutkan ayat tadi, menawarkan sesuatu "dengan segera" mengungkap kemauan tulus tuan/nyonya rumah untuk melayani tamunya.
Tingkah laku mulia lainnya yang dapat dipetik dari ayat-ayat tadi adalah walaupun Nabi Ibrahim a.s. belum pernah kedatangan tamu sebelumnya, dia berupaya keras untuk melayani mereka sebaik mungkin dan bersegera menyuguhkan daging bakar "anak sapi gemuk", sejenis daging yang terkenal sangat sedap rasanya, sehat dan bergizi. Dus, bisa kita tambahkan bahwa selain dari mencukupi layanan-layanan yang telah disebutkan, tuan/nyonya rumah harus pula mempersiapkan dan menawarkan makanan kualitas prima, enak, dan segar.
Di luar semua ini, Allah juga menekankan perhatian akan daging yang hendak disajikan untuk tamu.
perilaku tercela(bab 10)
1. MENGHINA
Sifat ini biasanya kita lakukan tanpa di sadari. Perilaku tercela ini sangat dibenci Allah. Menghina mengandung pengertian bahwa mengeluarkan kata-kata yang merendahkan dan menyakiti hati orang lain. Termasuk mengolok-olok, mencela, mengutuk, memakai, dan mengejek.
Sabda rasulullah:
- "cukuplah kejelekan seseorang jika ia menghina orang muslim" (HR Muslim).
- "memaki sesama muslim itu kedurhakaan" (HR Muttafaq 'Alaih).
- "mukmin itu bukanlah pencela dan bukan pelaknat dan bukan yang jelek perangi dan bukan yang kotor lidah" (HR Ibnu mas'ud).
- "barang siapa mengejek saudaranya lantaran satu dosa, tidak ia mati melainkan melakukan dosa itu" (HR Tirmidzi).
2. BERBURUK SANGKA
BURUK SANGKA adalah menuduh atau menyangka atau memandang orang lain dari satu segi. Selain hal itu, dalam buruk sangka, seseorang sering menyembunyikan kebaikan orang yang dilihatnya dan membesarkan keburukan orang tersebut. Biasanya, seseorang sangat pandai melihat kesalahan orang lain, tetapi sangat susah melihat kesalahan sendiri. Nah, mengapa sikap ini perlu kita hindari?
Rasulullah bersabda:
"jauhilah buruk sangka karena sesungguhnya perasangka itu sedusta-dusta omongan" (HR Muttafaq 'Alaih).
3. HASUD
Hasud atau DENGKI merupakan sikap bathin keadaan hati, atau rasa tidak senang, benci dan antipati terhadap orang lain yang mendapatkan kesenangan, nikmat, memiliki kelebihan darinya. Sikap ini sebaiknya kita hindari sebab dapat mendatangkan bencana yang sangat dahsyat. Mengapa demikian?
Seseorang yang dengki terhadap orang lain akan merasa senang jika orang lain mendapatkan kemalangan atau kesengsaraan.
firman allah:
"jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya...(Q.S. Ali-imran/3 : 120).
Sikap hasud ini berbahaya karena dapat merusak nilai persaudaraan atau menumbuhkan rasa permusuhan secara diam-diam. Hasud juga dapat mendorong seseorang mencela, menjelek-jelekan, dan mencari-cari kelemahan atau kesalahan orang lain dan menimbulkan prasangka buruk.
4. SERAKAH ATAU TAMAK
serakah atau tamak merupakan sikap tidak puas dengan yang menjadi hak atau miliknya sehingga berupaya meraih yang bukan haknya.
rasulullah bersabda
"jika seseorang sudah memiliki dua lembah emas, pastilah ia akan mencari yang ketiganya sebagai tambahan dari dua lembah yang sudah ada itu" (HR.Bukhari dan muslim).
Sikap serakah dapat mendorong oran mencari harta sebanyak-banyaknya dan jabatan setinggi-tingginya, tanpa menghiraukan cara halal atau haram, etis atau tidak etis.
5. DUSTA
Sikap ini merupakan sikap yang mengarah pada kemunafikan. Mengapa demikian?
Sikap berdusta merupakan ciri kaum munafik. hal ini sesuai dengan Sabda rasulullah:
"bahwa terdapat tiga sikap yang termasuk pada munafik, yaitu dusta, khianat, dan ingkar janji.
hadist menyebutkan: "jauhilah kedustaan karena sesungguhnya kedustaan itu memimpin kepada kedurhakaan dan kedurhakaan membawa ke neraka" (HR Muttapaq 'alaih).
6. SOMBONG
Sombong atau takabur, yakni merasa bangga pada diri sendiri, merasa paling baik atau paling hebat, dan merasa paling benar sehingga menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.
allah berfirman:
"Akan aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-ku) orang-orang yang menyombongkan diri dibumi tanpa alasan yang benar" (QS. al-a'raf/7 : 146).
7. BERGUNJING (GIBAH)
Bergunjing merupakan sebuah sikap yang selalu membicarakan kejelekan atau aib orang lain, atau menyebut masalah orang lain yang tidak disukainya.
Allah mengidentikan gibah dengan memakan daging mayat saudaranya sendiri.
firman allah:
"apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya? Tentu kamu merasa jijik" (Q.S. Al-hujurat
meskipun kejelekan atau kekurangan orang lain itu faktual, benar-benar terjadi alias sesuai dengan kenyataan, tetap saja itu gibah. Meskipun demikian, tidak selamanya gibah itu dilarang. AL-HASAN sebhttp://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8100905102143642695agaimana dikutip imam Al-GHAJALI menyebutkan, "ada tiga golongan tidak termasuk menggunjing jika menyebut aib mereka, yaitu orang yang mengikuti hawa nafsu, orang fasik yang melakukan kefasikan secara terang-terangan dan pemimpin yang menyeleweng". Memperingatkan sesama muslim atas kejahatan seseorang pun termasuk gibah yang dibolehkan.
perawatan jenazah(bab 11)
TUNTUNAN MERAWAT JENAZAH
Firman Allah Swt :
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami
kamu dikembalikan. ( QS. Al 'Ankabuut : 57).
Ayat tersebut mempertegas bahwa kita yang hidup di dunia ini pasti akan
merasakan mati. Namun kenyataannya banyak manusia yang terbuai dengan
kehidupan dunia sehingga hampir melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, hal
ini juga membuat manusia tidak banyak yang mengingat tentang kematian.
Yang jadi permasalahan sekarang adalah, tidak ada manusia satupun yang
apabila mati kemudian berangkat sendiri menuju liang kuburnya. Tentu saja
hal ini adalah menjadi kewajiban bagi orang yang masih hidup, terutama
keluarga yang ditinggalkannya untuk mengurusnya sampai menguburkannya.
Merawat jenazah adalah hukumnya wajib kifayah, namun setiap orang tentunya
wajib mengetahui tatacara bagaimana merawat jenazah yang sesuai dengan
tuntunan agama Islam. Karena kewajiban merawat jenazah yang pertama adalah
keluarga terdekat, apalagi kalau yang meninggal adalah orangtua atau anak
kita. Kalau kita tidak bisa merawatnya sampai menguburkannya berarti kita
tidak (birrul walidaini) berbakti kepada kedua orangtua kita.
Rasulullah SAW telah bersabda :
" Apabila telah mati anak Adam, maka terputuslah amalnya. Kecuali tiga
perkara, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang
mau mendo'akan kedua orangtuanya."
Disinilah kita harus menunjukkan bakti kita yang terakhir apabila orangtua
kita meninggal, yaitu dengan merawat sampai menguburkan serta mendo'akannya.
Permasalahan yang lain dan mungkin bisa saja terjadi adalah, karena ajal
bila sudah tiba saatnya, pastilah tidak bisa ditunda kapanpun dan dimanapun.
Bagaimana kalau kita seandainya sementara kita di tengah hutan belantara
jauh dari pemukiman dan kita punya teman cuma beberapa orang saja, sementara
kita tidak tahu mayat ini harus diapakan, pastilah kita akan berdosa.
Fenomena lain yang banyak terjadi sekarang, terutama di kota-kota besar.
Pengurusan jenazah kebanyakan tidak dilakukan oleh keluarga dekat, bahkan
keluarga tinggal terima bersih karena sudah membayar orang untuk merawatnya,
bahkan samapi mendo'akannya juga minta orang lain yang mendo'akan.
Inilah yang perlu kita pikirkan sepertinya di millist ini belum pernah ada
yang memberikan pencerahan. Mungkin diantara kita masih banyak yang belum
tahu tentang tatacara merawat jenazah dan kalaupun sudah tahu, semoga bisa
mengingatkannya kembali. Dan ini harus kita tanamkan pada diri kita
masing-masing dan juga anak-anak kita untuk jadi anak yang sholeh dan
sholehah, bila kita menghendaki kalau kita mati nanti anak kita dan keluarga
dekat kita yang merawatnya.
Jadi yang jelas pengurusan jenazah adalah menjadi kewajiban keluarga
terdekat si mayit, kalau keluarga yang terdekat tidak ada, barulah orang
muslim yang lainnya berkewajiban untuk merawatnya.
HUKUM MERAWAT JENAZAH
Hukum merawat Jenazah dalah Wajib Kifayah artinya cukup dikerjakan oleh
sebagian masyarakat , bila seluruh masyarakat tidak ada yang merawat maka
seluruh masyarakat akan dituntut dihadapan Allah Swt.sedang bagi orang yang
mengerjakannya, mendapat pahala yang banyak.disisi Allah Swt.
SIAPA ORANG YANG MERAWAT
* Keluarga terdekat (Ayah, Ibunya, Suami/Istrinya, Anak
putra/Putrinya, Kakak/Adiknya dst) namun sebaiknya yang sejenis pria oleh
pria wanita oleh wanita kecuali Suami / istrinya atau ayah dan ibunya.
* Bila Urutan tersebut di atas tidak ada baru beralih kepada
yang lain .
WAKTU PENYELENGGARAAN
Sesegera mungkin, tidak ada keharusan menunggu berkumpulnya seluruh
kerabat.
* Sabda Rasullulah :
* Ada 3(tiga) hal Hai Ali.. Jangan ditunda,
dilarang ditangguhkannya yaitu sholat bila telah datang waktunya, Jenazah
bila telah nyata kematiannya, dan wanita yang tidak ada suami bila telah
menemukan jodohnya.(Al Hadist)
* Percepatkanlah penyelenggaraan jenazah, bila
ia seorang yang baik, perdekatkanlah kebaikannya dan bila tidak demikian,
maka kamu akan lepas kejelekannya tersebut dari bebanmu.
KAIFIAT (CARA PERAWATAN JENAZAH)
Bila telah terang, nyata, jelas ajalnya seseorang, maka segerakanlah
perawatannya, Adapun yang perlu dilakukan adalah :
* Pejamkan matanya.
* Lemaskan terutama tangan, dan kakinya diluruskan.
* Dikatupkan mulutnya, dengan ikatkan kain, dan lingkarkan
dagu, pelipis sampai ubun-ubun.
* Diutamakan ditelentangkan membujur menghadap kiblat dengan
kepala di sebelah kanan kiblat (untuk daerah Sidangoli berarti kepala di
sebelah utara)
* Ditutup muka wajahnya, serta seluruh tubuhnya.
* Mengucapkan kalimat tarji' untuk istirja'(pasrah dengan
ikhlas dan ingat bahwa kita bersama akhirnya juga akan mengalami kematian
(Innalillahi wainna ilaihi rooji'uun (Al Baqorah Ayat 156)
* Mendoakannya (Allahumma ighfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu
anhu) artinya : Ya Allah semoga Alloh mengampuni , melimpahkan kasih
sayangnya, mema'afkannya serta memulyakannya, Al Hadist.
* Menyebarluaskan berita kematiannya kepada keluarga/ ahli
waris, kerabat dan masyarakat lingkungannya.
* Mempersiapkan keperluan/perlengkapan perawatan mayat/
jenazah.
* Keluarga/ ahli waris segera menyelesaikan hak insani/Adam,
utang piutang, mengambil alih tanggunga jawab hingga bagi yang telah wafat
tiada lagi memiliki kewajiban. Kecuali mempertanggung jawabkan amal
perbuatannya.
HAK & KEWAJIBAN TERHADAP JENAZAH
1. Memandikannya / Mensucikannya.
2. Mengkafaninya/ Membungkus seluruh tubuhnya.
3. Mensalatkannya.
4. Menguburkannya.
JENAZAH YANG TIDAK MENDAPAT PERLAKUAN SEPERTI BIASA
1. Mati sahid dalam peperangan tidak perlu dimandikan dan
dikafani cukup dimakamkan dengan pakaiannya yang melekat.
2. Mati di atas perjalanan laut, tak perlu dibawa ke darat
untuk dimakamkan apabila untuk mencapai daratan perlu waktu lama.
3. Mati saat Ihrom, maka kain kafannya cukup pakaian ihromnya
dan tidak boleh diberi parfum sebagaimana jenazah biasa.
MENSUCIKAN JENAZAH
Perlengkapan yang diperlukan :
1. Air suci yang mensucikan yang cukup, dengan dicampuri
bau-bauan
2. Serbuk/larutan kapur barus, untuk meredam bau.
3. Sarung tangan/ handuk tangan untuk membersihkan kotoran darah atau
najis lain.
4. Lidi dan sebagainya untuk membersihkan kuku.
5. Handuk untuk mengeringkan badan/ tubuh mayat selesai dimandikan.
CARA-CARA MEMANDIKAN MAYAT
1. Bujurkanlah jenazah ditempat yang tertutup serta diutamakan
membujur menghadap kiblat dengan kepala di sebelah kanan.
2. Lepaskanlah seluruh pakaian yang melekat dan menutup,serta pengikat
dagu dan pergelangan tangan.
3. Tutuplah bagian auratnya sekedarnya.
4. Lepaskan logam seperti cincin, dan gigi palsunya (Kalau ada)
5. Bersihkan kotoran najisnya dengan didudukkan dan meremas bagian
perutnya hingga kotorannya keluar.
6. Bersihkan rongga mulutnya dari riak atau darah kalau ada
7. Bersihkan kuku-kuku jari kaki dan tangannya.
8. Disunahkan menyiram air mulai anggota yang kanan diawali dari
kepala bagian kanan terus kebawah, kemudian bagian kiri dan diulang
3(tiga) kali
PERHATIAN !!!!!
Dilarang memotong kuku,rambut dsb. karena dilarang menganiaya seseorang
jenazah dengan menimbulkan kerusakan atau cacat tubuhnya.
CARA PELAKSANAAN MEMANDIKAN MAYAT
1. Mulai menyiram anggota wudhu secara urut, tertib, segera dan
rata, hingga 3(tiga) kali serta memulainya anggota wudhu sebelah kanan.
2. Menyiram seluruh tubuh
3. Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.
4. Menyiram berulang kali sejumlah gasal, misalnya 3,5,7,9,11
kali, hingga rata dan bersih sesuai kebutuhan.
5. Menyiram dengan larutan kapur barus atau bau-bauan yang
harum, cendana dsb.
6. Mengeringkan seluruh tubuh badannya dengan handuk hingga
kering
Perhatian :
* Saat menyiram air pada wajah muka, tutuplah lubang mata,
hidung, mulut dan telinganya, agar tidak kemasukan air.
* Apabila anggota tubuh terluka dalam menggosok dan
membersihkan bagian terluka supaya hati-hati dengan lembut seakan
memberlakukan pada waktu masih hidup tidak boleh semena-mena.
MENGKAFANI JENAZAH.
1. Perlengkapan
a. Selembar lingkaran badan dan yang lebih panjang dari seluruh
tubuh.
b. Tujuh utas tali dari sobekan kain putih.
c. Segi tiga tutup kepala/rambut
d. Sehelai tutup dada, dengan berlobang pada bagian lehernya
e. Sehelai tutup aurat dengan terlipat panjang.
Khusus wanita dilengkapi dengan :
f. Kain Basahan, sebagai penutup bagian aurat bawah.
g. Mukena untuk rambut
h. Baju untuk penutup bagian dada dan lengan.
Perhatian :
Bahan perlengkapan, kain putih, cukup yang sederhana, tidak berlebihan
jenisnya,demikian juga bagai jenazah wanita kain basahan, baju, mukena
adalah yang sehari-hari dipakai.
Demikian juga disunahkan bagi mayat laki² dikafani sampai 3 lapis kain,
tiap-tiap lapis hendaknya dapat menutup seluruh tubuhnya, Selain 3 lapis itu
ditambah baju kurung dan sorban.
Adapun bagi mayat wanita disunahkan 5 lapis, masing-masing berupa Sarung,
Baju, Kerudung dan 2 lapis yang menutup seluruh tubuhnya.
2. Kapas
- 5 helai kapas selembar telapak tangan
- 7 Bulatan kecil, penutup lobang
- Serbuk kapur barus, cendana dsb yang berfungsi sebagai pengharum.
PERSIAPAN PENGATURAN BAHAN KAFAN
1. Tali sebanyak 7 diletakkan di:
a. Ujung Kepala
b. Leher
c. Pinggang/ pada lengan tangan
d. Perut
e. Lutut
f. Pergelangan tangan
g. Ujung kaki
2. Letakkan kain memanjang seluruh tubuhnya, serta melebar
lingkaran badan dengan ditaburi serbuk kapur barus.
3. Aturlah dan letakkan sehelai tutup kepala/rambut.
4. Bentangkan tutup dada, dengan masih terhampar ke atas.
5. Letakkan sehelai tutup aurat (Semacam Celdam) memanjang dan melebar
ke bawah dan merupakan kain lipatan
6. Bagi wanita aturlah mukena,baju dan kain basahan yang sesuai dengan
letaknya.
CARA PELAKSANAAN MENGKAFANI
1. Letakkan janazah membujur di atas kain kafan, dalam keadaan
tertutup selubung kain kafan (jangan sampai mayat telanjang secara terbuka).
2. Tutuplah tujuh lubang yaitu, 2 mata, 2 telinga, 2 hidung dan 1.pusar
dengan bulatan kapas yang ditaburi serbuk kapur barus
3. Tutuplah lembaran kapas yang ditaburi sebuk kapur barus pada:
a.Wajah muka
b.Leher kanan & kiri
c. Ketiak kanan & kiri
d.Lengan siku kanan dan kiri
e. Di bawah dan atas peregelangan tangan.
f. Kedua pergelangan kakinya.
g. Kedua lingkaran mulut.
4. Bagi Jenazah pria :
a.Tutuplah segitiga kain putih di bagian rambut kepala dengan ikatan
pada jidat.
b.Katupkan tutup dada melalui lubang pada lehernya
c. Katupkan lipatan tutup Celdam-nya
5. Bagi jenazah Wanita :
a.Letakkan tiga pintalan rambut ke bawah belakang kepala
b.Tutupkan kain mukena pada rambut kepala.
c. Tutupkan belahan kain baju pada dada.
d.Lipatkankain basahan melingkar badan perut dan auratnya, di atas
penutup CD - nya.
6. Katupkan dengan melingkar tubuh badannya kain kafan yang rapat,
tertib, menyeluruh.
SHOLAT JENAZAH.
1. Syarat-syarat sholat Jenazah
a. Sholat mayit sama syaratnya dengan sholat
lain yaitu menutup aurat,suci dari hadast besar maupun kecil, bersih
badan, pakain dan tempatnya serta menghadap kiblat.
b. Mayat sudah dimandikan dan dikafani
c. Letak mayat di sebelah kiblat orang yang
menyembahyangkannya, kecuali kalau sholat dilakukan di atas kubur atau
sholat ghoib.
2. Rukun Sholat Mayit.
a. Niat (Usholli "ala Haadza al mayyiti
arba'a takbiiraatin fardo al Kifaayati Ma'muman/Imaaman Lillaahi Ta'ala).
Artinya:
" Aku berniat shalat atas mayit ini dengan empat
kali takbir, fardhu kifayah karena Allah Ta'ala . Allaahu Akbar.
b. Berdiri bagi yang mampu.
c. Takbir empat kali
d. Membaca Fatihah
e. Membaca Sholawat nabi.
f. Mendo'akan mayit.
Artinya :
" Wahai Tuhanku, ampunilah dia, rahmatilah,
sejahterakanlah dan maafkanlah dia, hormatilah kedatangannya, luaskanlah
tempat tinggalnya, bersihkanlah dia dengan air, salju dan embun.
Bersihkanlah dia dari semua dosa, sebagaimana bersihnya kain putih dari
kotoran dan berilah ganti rumahnya yang lebih baik dari rumahnya, ahli yang
lebih baik dari ahlinta, dan istri yang lebih baik dari istrinya, serta
peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa api neraka:.
g. Berdo'a untuk diri sendiri dan untuk mayyit
Artinya :
"Wahai Tuhanku, janganlah Engkau halangi, pahalanya
kepada kami dan janganlah Engkau memberi fitnahsepeninggalnya kepada kami,
serta ampunilah kami dan dia, dan bagi segenap saudara kam yang telah
mendahului kami dengan iman, dan janganlah Engkau jadikan gelisah di dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman, Wahai Tuhan kami sesungguhnya
Engkau adalah Dzat Yang Maha Belas Kasihan lagi Maha Penyayang".
h. Memberi Salam
CARA MENGERJAKAN SHALAT JENAZAH
1. Mayit diletakkan paling muka, apabila mayit laki-laki,
hendak nya Imam berdiri menghadap dekat kepala mayit, sedang mayat wanita
Imam menghadap dekat perutnya.
2. Letak Imam paling muka diikuti oleh para ma'mum, jika yang
menyolati sedikit usahakan dibuat 3 baris / shaf.
3. Setelah semua siap lalu dimulai dengan takbiratul ihrom oleh
Imam setelah itu baru makmum.(ini Merupakan takbir pertama)
4. Setelah takbiratul ihrom, tangan diletakkan bersedekap lalu
membaca Surat Al Fatihah.
5. Setelah membaca Surat Al Fatihah , lalu takbir lagi dengan
mengangkat kedua tangan, kemudian bersedekap kembali.
6. Dalam posisi bersedekap tersebut membaca Sholawat
(Allaahuma solli a'ala muhammad wa'ala alihi washbihi wasallim)
7. Selesai membaca sholawat,lalu takbir kembali dengan
mengangkat kedua tangan dan bersedekap kembali (ini sedekap ke 3(tiga)
8. Dalam posisi bersedekap membaca do'a (Allohummagfir lahu/ha
warhamhu/ha wa'afihi/ha wa'fu anhu/ha)
9. Selesai berdo'a lalu takbir lagi dengan mengangkat kedua
tangan dan kemudian bersedekap (ini takbir ke empat)
10. Dalam posisi takbir ke 4 Lalu bedo'a (Allahumma laa
tahrimnaa ajrahu/ha walaa taftinna ba'dahu / ha wagfirlana walahu/ha
11. Selesai berdo'a baru salam
MENGUBUR MAYAT
A. Tempat penguburan
Tempat penguburan adalah tempat penguburan khusus
kaum muslimin, terpisah dari kuburan bukan muslim, dan karena diutamakan
pelaksanaan penyelesaian Jenazah sesegera mungkin, maka cukup dikubur di
tempat yang tersedia dan yang terdekat, dengan pengertian tidak selalu
di tempat kuburan keluarga.
B. Persiapan Penguburan.
1. Pembuatan liang lahat sekurang-kurangnya
jangan sampai bau busuk mayit dapat keluar,dan sampai dapat dibongkar oleh
binatang.
2. Pilih tempat yang cukup kuat tanahnya,dari
penggalian binatang buas, cukup jauh dari arus air,tidak mudah longsor dan
hanyut tergusur aliran air.
3. Penutup lubang lahat harus cukup kuat dan
rapat, supaya tidak mudah longsor ke bawah.
4. Keranda Janazah hendaknya tertutup rapat dan
sesederhana mungkin.
Pemberangkatan Jenazah.
1. Segerakanlah pemberangkatan penguburan dengan iring-iringan
terutama keluarga terdekat.
2. Hendaknya berjalan secara cepat-segera.
3. Kaum Wanita, walaupun keluarga terdekat tidak diperkenankan
turut mengiringi jenaah dalam proses penguburan.
4. Bagi yang melihat iringan jenazah hendaknya menghormati dan
berdiri tegak, sampai janazah lewat.
Tata cara Penguburan :
1. Letakkan usungan keranda Janazah di sebelah liang kubur yang
longggar.
2. Dibuka tutup keranda dan selubung jenazah.
3. Dua/tiga orang lelaki, dari keluarga jenazah terdekat dan
diutamakan yang tidak junub pada malam hari, sebelumnya.masuk dalam liang
kubur dengan berdiri, menyiapkan diri menerima jenazah.
4. Masukkan jenazah dari arah kaki , didahulukan kepalanya
dimasukkan (dari arah selatan)
5. Letakkan jenazah secara membujur , arah kepala di sebelah
barat, dan badan jasadnya dihadapkan miring/serong,mukanya menghadap kiblat.
6. Lepaskan semua ikatan tali, serta dilonggarkan kain kafannya
(pipi pelipis tidak harus meneyentuh tanah)
7. Letakkkan gumpalan tanah sebagai penyangga di bagian
belakang badan, kepala, pinggang, perut, kaki, agar jasad tidak terlentang.
8. Tutuplah rongga dengan rapat dengan kayu atau batu untuk
kemudian
ditimbuni tanah yang cukup padat dan rapat.
9. Buatlah onggakan gundukan tanah asal tidak melebihi
sejengkal tangan tingginya.
10. Para pelayat diutamakan turut serta menimbuni tanah dengan
tiga kali taburan tanah.
Lain-lain :
1. Disunahkan berdo'a setelah selesai penguburan sebelum
meninggalkan kuburan dengan harapan siap menjawab pertanyaan Malaikat
Mungkar - Nakir.
2. Setiap mengangkat dan meletakkan mayat hendaklah diiringi
do'a "Bismillah wa'ala millati rosulillah" .artinya : Dengan nama Allah
serta mengikuti tuntunan Rasullah.
3. Do'a selesai penguburan : "Ya allah,ampunilah dia dan
kasihinilah dia dan sejahterakanlah dia dan maafkanlah dia dan tempatkanlah
dia di tempat yang terhormat, dan lapangkanlah tempatnya, dan empukkanlah
bumi tempat tidurnya dan jauhkanlah dia darisiksaan kubur, dan lindungilah
dia dari siksaan neraka, Ya allah tetapkanlah dia dengan perkataan yang
benar di dunia dan akhirat.
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar